Thursday, April 9, 2009

Kisah Sesenduk Madu

Ada sebuah kisah simbolik yang cukup menarik untuk kita renungkan. Kisah ini adalah kisah tentang seorang raja dan sesendok madu.

Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesedaran warganya. Raja memerintahkan agar setiap seorang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit ditengah kota. Seluruh warga kota memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya.

Tetapi dalam fikiran seorang warga kota (katakanlah si A) terlintas satu cara untuk mengelak, "Aku akan membawa sesendok penuh, tetapi bukan madu. Aku akan membawa air. Kegelapan malam akan melindungi dari pandangan mata seseorang. Sesendok airpun tidak akan mempengaruhi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga kota."

Tibalah waktu yang telah ditetapkan. Apa yang terjadi? Seluruh bejana ternyata penuh dengan air. Rupanya semua warga kota berfikiran sama dengan si A. Mereka mengharapkan warga kota yang lain membawa madu sambil membebaskan diri dari tanggungjawab.

Kisah simbolik ini dapat terjadi bahkan mungkin telah terjadi, dalam pelbagai masyarakat manusia. Dari sini wajar jika agama, khususnya Islam,memberikan petunjuk-petunjuk agar kejadian seperti di atas tidak terjadi:"Katakanlah (hai Muhammad), inilah jalanku. Aku mengajak ke jalan Allah disertai dengan pembuktian yang nyata. Aku bersama orang-orang yang mengikutiku (QS 12:108) Dalam redaksi ayat di atas tercermin bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan pengikut-pengikutnya.

"Berperang atau berjuang di jalan Allah tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri, dan bangkitkanlah semangat orang-orang mukmin(pengikut-pengikutmu) (QS 4:84)Perhatikan kata-kata "tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri." Nabi Muhammad saw. pernah bersabda: "Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian susulkanlah keluargamu." Setiap orang menurut beliau adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, ini bererti bahawa setiap orang harus tampil terlebih dahulu. Sikap mental demikianlah yang dapat menjadikan bejana sang raja penuh dengan madu bukan air, apalagi racun.
Pelita Hati - M. Quraish Shihab

No comments:

Post a Comment