Tuesday, April 28, 2009

Hikmah Pengharaman Babi

Ditengah-tengah kekalutan dan kebimbangan yg kini sedang melanda dunia termasuklah negara kita akibat dari VIRUS BABI yg telah meragut korban sebanyak 130 nyawa manusia(setakat artikel ini ditulis) di Mexico...ingin sekali lagi saya meminta laluan dengan mengirimkan secebis cerita untuk renungan bersama..

Hikmah Pengharaman Babi

Kejadian ini berlangsung ketika Imam Muhammad Abduh mengunjungi Perancis. Mereka bertanya kepadanya mengenai rahsia diharamkannya babi dalam Islam. Mereka bertanya kepada Imam, "Kalian (umat Islam) mengatakan bahwa babi haram, kerana ia memakan sampah yang mengandung cacing pita, mikroba-mikroba dan bakteria-bakteria lainnya. Hal itu sekarang ini sudah tidak ada. Kerana babi diternak dalam peternakan modern, dengan kebersihan terjamin, dan proses sterilisasi yang mencukupi. Bagaimana mungkin babi-babi itu terjangkit cacing pita atau bakteri dan mikroba lainnya.?"

Imam Muhammad Abduh tidak langsung menjawab pertanyaan itu, dan dengan kecerdikannya beliau meminta mereka untuk menghadirkan dua ekor ayam jantan beserta satu ayam betina, dan dua ekor babi jantan beserta satu babi betina. Mengetahui hal itu, mereka bertanya, "Untuk apa semua ini?" Beliau menjawab, "Penuhi apa yang saya pinta, maka akan saya perlihatkan suatu rahsia."

Mereka memenuhi apa yang beliau pinta. Kemudian beliau memerintahkan agar melepas dua ekor ayam jantan bersama satu ekor ayam betina dalam satu kandang. Kedua ayam jantan itu berkelahi dan saling membunuh, untuk mendapatkan ayam betina bagi dirinya sendiri, hingga salah satu dari keduanya hampir tewas.

Beliau lalu memerintahkan agar mengurung kedua ayam tersebut.Kemudian beliau memerintahkan mereka untuk melepas dua ekor babi jantan bersama dengan satu babi betina. Kali ini mereka menyaksikan keanehan. Babi jantan yang satu membantu temannya sesama jantan untuk melaksanakan hajat seksualnnya, tanpa rasa cemburu, tanpa harga diri atau keinginan untuk menjaga babi betina dari temannya.

Selanjutnya beliau berkata, "Saudara-saudara, daging babi membunuh 'ghirah' orang yang memakannya. Itulah yang terjadi pada kalian. Seorang lelaki dari kalian melihat isterinya bersama lelaki lain, dan membiarkannya tanpa rasa cemburu, dan seorang bapak di antara kalian melihat anak perempuannya bersama lelaki asing, dan kalian membiarkannya tanpa rasa cemburu, dan was-was, kerana daging babi itu menularkan sifat-sifatnya pada orang yang memakannya."

Artikel ini diambil dari http://apadianie.blogspot.com/

Thursday, April 9, 2009

Kisah Sesenduk Madu

Ada sebuah kisah simbolik yang cukup menarik untuk kita renungkan. Kisah ini adalah kisah tentang seorang raja dan sesendok madu.

Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesedaran warganya. Raja memerintahkan agar setiap seorang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit ditengah kota. Seluruh warga kota memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya.

Tetapi dalam fikiran seorang warga kota (katakanlah si A) terlintas satu cara untuk mengelak, "Aku akan membawa sesendok penuh, tetapi bukan madu. Aku akan membawa air. Kegelapan malam akan melindungi dari pandangan mata seseorang. Sesendok airpun tidak akan mempengaruhi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga kota."

Tibalah waktu yang telah ditetapkan. Apa yang terjadi? Seluruh bejana ternyata penuh dengan air. Rupanya semua warga kota berfikiran sama dengan si A. Mereka mengharapkan warga kota yang lain membawa madu sambil membebaskan diri dari tanggungjawab.

Kisah simbolik ini dapat terjadi bahkan mungkin telah terjadi, dalam pelbagai masyarakat manusia. Dari sini wajar jika agama, khususnya Islam,memberikan petunjuk-petunjuk agar kejadian seperti di atas tidak terjadi:"Katakanlah (hai Muhammad), inilah jalanku. Aku mengajak ke jalan Allah disertai dengan pembuktian yang nyata. Aku bersama orang-orang yang mengikutiku (QS 12:108) Dalam redaksi ayat di atas tercermin bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan pengikut-pengikutnya.

"Berperang atau berjuang di jalan Allah tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri, dan bangkitkanlah semangat orang-orang mukmin(pengikut-pengikutmu) (QS 4:84)Perhatikan kata-kata "tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri." Nabi Muhammad saw. pernah bersabda: "Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian susulkanlah keluargamu." Setiap orang menurut beliau adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, ini bererti bahawa setiap orang harus tampil terlebih dahulu. Sikap mental demikianlah yang dapat menjadikan bejana sang raja penuh dengan madu bukan air, apalagi racun.
Pelita Hati - M. Quraish Shihab